Minggu, 09 Februari 2014

NYATA, KATANYA !!


NYATA, katanya..
Untuk keluargaku di rumah dan untuk mereka yang merasa di perlakukan tidak adil..


Katanya keluarga adalah tempat di mana kita tinggal, tempat di mana kita mengaduh.
Tempat hangat di mana kita mendapat kasih sayang tulus dari orangtua.
Tempat yang seharusnya menjadi naungan bagi kita.
Katanya keluarga adalah teman saat kita sendiri.
Tempat meluangkan segala amarah saat kita terpuruk.
Katanya keluarga adalah rasa penuh cinta tak pernah memandang kasta.
Katanya keluarga menjadi pelindung saat kita tersakiti.
Menjadi pengobat saat kita terluka.
Katanya keluarga menjadi tempat paling aman saat kita harus sembunyi dari buruknya dunia.
Saat dunia kejam menipu, saat matahari tak lagi bersahabat.
Katanya keluarga adalah surga bagi penghuninya.
Katanya selama nggak punya teman asal punya keluarga kita masih bahagia.
Katanya keluarga adalah segalanya.
Tapi bukankah segalanya tak berarti selamanya?
Katanya keluarga adalah orang yang paling mengerti dan memahami kita.
Katanya keluarga adalah orang yang akan selalu menjaga kita dnegan penuh cinta.
 Katanya keluarga adalah hal paling berharga yang harus kita jaga.
Katanya keluaraga merupakan kado terindah dari Yang Maha Kuasa.
Katanya keluarga adalah tempat kita mengadu dan mengeluh.
Katanya keluarga adalah tempat mencurahkan isi hati.
Katanya keluarga adalah tempat kita dapat tenang.
Nyatanya, keluarga hanya menjadi tempat pembeda antara aku dan dia.
Nyatanya, keluarga hanya bisa membicarakan tentang keburukanku semata.
Nyatanya, keluarga hanya menjadikanku semakin terpuruk.
Nyatanya, keluarga tak pernah mendengar apa yang aku keluhkan.
Nyatanya, keluarga hanya akan membuatku menangis dan semakin menangis.
Nyatanya, keluarga tak ada bedanya dengan mereka yang menyakitiku.
Nyatanya, keluarga bukan menjadi tempat persinggahanku.
Nyatanya, aku tak pernah merasa aman dan damai tinggal bersama keluarga.
Nyatanya, mereka tak pernah mengertiku bahkan untuk sekedar menenangkanku.
Nyatanya, mereka terus menyakitiku.
Nyatanya, mereka terus menanam api dalam hatiku.
Nyatanya, di matanya aku selalu berbeda.
Nyatanya, di pendengarannya aku selalu tak didengar.
Nyatanya, di ucapannya aku selalu salah.
Nyatanya, aku lelah dengan hidup ini.
Mengapa harus ada hidup kalau nyatanya seperti ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar