PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI SEJARAH BANGSA
Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau
adalah berguna sekali untuk menjadi kaca benggala dari pada masa yang akan
datang.( Bung Karno, 1966.)
![]() |
Sejarah
telah banyak memberikan pelajaran dan pengamalan tentang pendidikan karakter.
Dalam hal singkat saja mengenai kepemimpinan. Secara gamblang kepemimpinan
merupakan suatu hal yang sudah sering terdengar oleh kita, bahkan terlihat
dengan mata. Namun, terkadang dalam upaya kepemimpinan tersebut banyak hal yang
didasari oleh keegoisan individu atau golongan sehingga tidak memberikan contoh
teladan yang baik dan nyata. Pemberian pendidikan karakter ini bukanlah dari
siapa-siapa melainkan dari pendidik sendiri, yakni guru. Pendidikan karakter
tidak hanya bisa diajarkan dengan memberikan pengertian. Karena pada dasarnya,
pendidikan karakter merupakan wujud nyata sebuah perilaku. Seperti yang kita
tahu bersama, bahwa anak akan cenderung meniru apa yang kita lakukan dari pada
mendengar apa yang kita ucapkan.
Sejarah adalah Guru
Terbaik
Pada
bulan Oktober ini ada momen penting yang tak bisa kita lupakan, yakni Sumpah
Pemuda. Tepat 86 tahun silam, pemuda Indonesia menyeruakkan suaranya agar dapat
menyatukan bangsa Indonesia. Pemuda saat itu adalah pemuda usia pelajar yang
mana mereka memiliki semangat nasionalisme yang tinggi, pemuda saat itu
membuktikan bahwa tak ada sekat yang menghalangi Indonesia untuk bersatu.
Mereka berjuang hingga titik darah penghabisan hanya untuk mengikrarkan 3
mantra, yakni :
Pertama, kami
putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
Kedua, kami
putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga, kami
putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Dari
ketiga mantra tersebut dapat kita ambil bahwa pendidikan karakter pertama yakni
nilai cinta tanah air. Sikap cinta tanah air adalah sikap di mana tak ada
penghalang untuk menghargai keberagaman suku, ras, dan agama. Selalu menghargai
pendapat orang lain karena menganggap bahwa berasal dari tanah yang sama, yakni
tanah Indonesia. Contoh yanga ada dalam sekolah, adanya pelajaran Sejarah,
PPKn, adanya gambar-gambar pahlawan di dinding kelas adalah sebagian kecil dari
pendidikan nilai karakter. Pendidikan karakter yang kedua yakni, nilai sosial.
Dengan mengaku berbangsa satu, maka kita telah menempatkan kepentingan bangsa
di atas kepentingan diri sendiri. Dengan kata lain, kita mencintai Indonesia
atas dasar perbedaan yang beragam dengan menjadikannya sebuah alat untuk
mempersatukan bangsa Indonesia sendiri. Contoh dengan berorganisasi secara
tidak langsung akan mengajarkan anak untuk menempatkan kepentingan bersama dan
individu, selain itu agar melatih anak untuk dapat bersosialisasi sehingga anak
dapat mengambil keputusan secara bijaksana. Pendidikan karakter yang ketiga
yakni berkaitan dengan kemampuan anak untuk menjiwai atau merasa memiliki atas
bangsa Indonesia. Seperti yang kita tahu bersama bahwa bahasa Indonesia
merupakan bahasa persatuan, bahasa nasional, ataupun bahasa resmi. Bahasa
sebagai alat komunikasi memiliki peran yang utama dalam dunia pendidikan.
Pendidik harus bisa menyampaikan dengan bahasa yang baik dan benar. Baik dan benar
bukan hanya masalah ejaan saja, melainkan efektifitas dari bahasa tersebut juga
perlu diperhatikan. Tanpa disadari, penggunaan bahasa yang campur aduk dan
berantakan terkadang mempengaruhi anak untuk menirunya. Contohnya terkadang
saat ada presentasi tugas, anak cenderung menggunakan bahasa-bahasa yang nyleneh
dalam menyampaikan materi.
Pendidik yang
Mendidik
Guru, dalam akronim jawa disebutkan bahwa digugu lan ditiru, sudah
sepatutnya bahwa setiap perilaku, tindakan, perkataan, sikap seorang guru
menjadi tauladan. Menjadi seorang guru bisa dibilang mudah, hal tersulit adalah
memberikan pengamalan yang baik kepada anak didiknya. Seorang guru harus
benar-benar bisa menyadari posisinya sebagi seorang guru agar setiap langkah
atau hal yang dilakukan akan dapat berhati-hati agar tidak salah dalam
mengambil langkah. Misalnya seorang kepala sekolah memberikan teladan yang baik
bagi guru sejawatnya, begitu pula seorang guru memberi teladan yang baik kepada
anak didiknya. Karena yang dibutuhkan seorang anak didik bukan hanya ilmu-ilmu
sekolah saja, nilai karakter juga dibutuhkan untuk kesehariaannya bagaiamana ia
bersikap dan mengahadapi lingkungannya.
Semua hal yang
hanya kita bicarakan saja tak akan menjadi apa-apa, sedangkan setiap hal yang
kita lakukan dapat kita lihat akan menjadi apa!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar