Senin, 27 Oktober 2014

PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI SEJARAH BANGSA


PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI SEJARAH BANGSA

Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca benggala dari pada masa yang akan datang.( Bung Karno, 1966.)
 

Sejarah telah banyak memberikan pelajaran dan pengamalan tentang pendidikan karakter. Dalam hal singkat saja mengenai kepemimpinan. Secara gamblang kepemimpinan merupakan suatu hal yang sudah sering terdengar oleh kita, bahkan terlihat dengan mata. Namun, terkadang dalam upaya kepemimpinan tersebut banyak hal yang didasari oleh keegoisan individu atau golongan sehingga tidak memberikan contoh teladan yang baik dan nyata. Pemberian pendidikan karakter ini bukanlah dari siapa-siapa melainkan dari pendidik sendiri, yakni guru. Pendidikan karakter tidak hanya bisa diajarkan dengan memberikan pengertian. Karena pada dasarnya, pendidikan karakter merupakan wujud nyata sebuah perilaku. Seperti yang kita tahu bersama, bahwa anak akan cenderung meniru apa yang kita lakukan dari pada mendengar apa yang kita ucapkan.

Sejarah adalah Guru Terbaik
Pada bulan Oktober ini ada momen penting yang tak bisa kita lupakan, yakni Sumpah Pemuda. Tepat 86 tahun silam, pemuda Indonesia menyeruakkan suaranya agar dapat menyatukan bangsa Indonesia. Pemuda saat itu adalah pemuda usia pelajar yang mana mereka memiliki semangat nasionalisme yang tinggi, pemuda saat itu membuktikan bahwa tak ada sekat yang menghalangi Indonesia untuk bersatu. Mereka berjuang hingga titik darah penghabisan hanya untuk mengikrarkan 3 mantra, yakni :
Pertama, kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
Kedua, kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga, kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Dari ketiga mantra tersebut dapat kita ambil bahwa pendidikan karakter pertama yakni nilai cinta tanah air. Sikap cinta tanah air adalah sikap di mana tak ada penghalang untuk menghargai keberagaman suku, ras, dan agama. Selalu menghargai pendapat orang lain karena menganggap bahwa berasal dari tanah yang sama, yakni tanah Indonesia. Contoh yanga ada dalam sekolah, adanya pelajaran Sejarah, PPKn, adanya gambar-gambar pahlawan di dinding kelas adalah sebagian kecil dari pendidikan nilai karakter. Pendidikan karakter yang kedua yakni, nilai sosial. Dengan mengaku berbangsa satu, maka kita telah menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan diri sendiri. Dengan kata lain, kita mencintai Indonesia atas dasar perbedaan yang beragam dengan menjadikannya sebuah alat untuk mempersatukan bangsa Indonesia sendiri. Contoh dengan berorganisasi secara tidak langsung akan mengajarkan anak untuk menempatkan kepentingan bersama dan individu, selain itu agar melatih anak untuk dapat bersosialisasi sehingga anak dapat mengambil keputusan secara bijaksana. Pendidikan karakter yang ketiga yakni berkaitan dengan kemampuan anak untuk menjiwai atau merasa memiliki atas bangsa Indonesia. Seperti yang kita tahu bersama bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan, bahasa nasional, ataupun bahasa resmi. Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki peran yang utama dalam dunia pendidikan. Pendidik harus bisa menyampaikan dengan bahasa yang baik dan benar. Baik dan benar bukan hanya masalah ejaan saja, melainkan efektifitas dari bahasa tersebut juga perlu diperhatikan. Tanpa disadari, penggunaan bahasa yang campur aduk dan berantakan terkadang mempengaruhi anak untuk menirunya. Contohnya terkadang saat ada presentasi tugas, anak cenderung menggunakan bahasa-bahasa yang nyleneh dalam menyampaikan materi.

Pendidik yang Mendidik
            Guru, dalam akronim jawa disebutkan bahwa digugu lan ditiru, sudah sepatutnya bahwa setiap perilaku, tindakan, perkataan, sikap seorang guru menjadi tauladan. Menjadi seorang guru bisa dibilang mudah, hal tersulit adalah memberikan pengamalan yang baik kepada anak didiknya. Seorang guru harus benar-benar bisa menyadari posisinya sebagi seorang guru agar setiap langkah atau hal yang dilakukan akan dapat berhati-hati agar tidak salah dalam mengambil langkah. Misalnya seorang kepala sekolah memberikan teladan yang baik bagi guru sejawatnya, begitu pula seorang guru memberi teladan yang baik kepada anak didiknya. Karena yang dibutuhkan seorang anak didik bukan hanya ilmu-ilmu sekolah saja, nilai karakter juga dibutuhkan untuk kesehariaannya bagaiamana ia bersikap dan mengahadapi lingkungannya.
Semua hal yang hanya kita bicarakan saja tak akan menjadi apa-apa, sedangkan setiap hal yang kita lakukan dapat kita lihat akan menjadi apa!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar