Assalamualaikum
sahabatku...
Teruntuk
Sahabatku Tersayang....
Apa
kabar kawanku? Tak bisa ku ungkap rasa rinduku lewat rangkaian kata-kata, aku
terlalu takut jika itu membosankan buatmu. Namun lewat surat ini kusampaikan
segala kerinduanku dan sejenak mengenang masa lalu kita. Sekarang aku tengah
menyelesaikan pendidikan S2 ku di Bandung. Seperti mimpi kita dulu Pan, kamu
juga memimpikan untuk menyelesaikan studymu di Jakarta bukan? Tapi ketika aku
pulang ke Padang beberapa hari lalu, aku mengunjungi rumahmu. Ku dengar berita
yang menyayat hatiku, aku sempat tak percaya jika itu terjadi padamu. Aku tak menyalahkan
jika atas perceraian orangtuamu membuatmu kehilangan iman dan melampiaskan pada
barang-barang haram itu Pan. Tapi apakah kamu tak berpikir sebelumnya tentang
mereka yang selama ini memikirkanmu? Sebenarnya kepulanganku ke Padang ingin
menjumpaimu, mengajakmu bergabung bersamaku dan bersama Dani teman SMA kita
yang gendut itu loh, masih ingat kan? Sekarang dia sudah kurusan,
tambah ganteng lagi. Kamu kenapa tidak cerita setiap ada masalah? Percayalah,
kita kan sudah jalan sama-sama sejak SMA. Masih juga dipendam sendiri. Di
tempatmu sekarang, pasti kamu merasa asing dan bosan. Jangan pernah lelah buat
belajar dan berubah jadi lebih baik ya, Pan. Pandu Atmaja yang kukenal
selalu ceria, pintar dan pandai bergaul. Pandu yang ku kenal tak serapuh sekarang.
Pandu yang ku kenal selalu menjadi malaikat buat sahabat-sahabatnya yang lain
ketika sahabat mulai kehilangan arah, sedih dan kecewa. Pandu tetap semangat
ya, jangan pernah menyerah buat jadi yang lebih baik. Pandu inget nggak,
waktu Pandu dulu jadi juara pertama lomba lari se Padang? Keren banget Pan, aku saja selalu
ngiri sama kamu. Habisnya aku selalu kalah dua angka di belakangmu sih.
Tapi sekarang masih tetap berarti Pan, meskipun kamu akan tetap terdiam dan
membisu dengan segala rintihan yang kamu rasakan. Berjuanglah Pan, berjuang
buat keluarga yang selalu menyayangimu dan mendoakan setiap mimpi-mimpimu,
berjuang untuk sahabat-sahabatmu yang tak henti menjadi keluarga kedua dan
selalu mendukungmu dari belakang, dan berjuang untuk dirimu sendiri Pan,
berjuang agar kamu lekas sembuh dari ketergantungamu itu. Barang-barang haram
itu tak ada gunanya, hanya akan merusak semua cita-cita dan mimpimu. Percayalah
pada kekuatan do’a yang selama ini selalu kamu panjatkan untuk Pemilik Agung
Alam ini. Pasrahkan semua masalahmu kepada-Nya. Percayalah Pan, hanya kekuatan
dalam dirimu dan do’a yang akan membebaskanmu dari gemelut luka batinmu
sendiri. Menangislah Pan, jika itu membuatmu lebih kuat. Berteriaklah Pan, jika
itu membuat hatimu lega. Itu akan lebih baik kulihat dari pada aku harus
menyaksikan sahabatku terdiam dan hanya memberikan tatapan kosong tanpa arti.
Sungguh aku merindukan hari indah kita dulu, menikmati musim-musim sekolah
terindah bersama teman-teman. Ingatlah semua mimpimu Pan. Jangan hanya diam dan
menganggap semuanya baik. Semua butuh kamu, ingatlah keluargamu yang masih
menunggu kamu kembali. Ingatlah juga, kamu tak pernah sendiri. Kamu masih punya
sahabat yang selalu mewarnai harimu agar lebih berarti. Langkahmu belum
terhenti Pan, masih banyak yang harus kamu selesaikan. Bangkitlah Pan, mari
berubah jadi lebih baik dari sekarang. Ingatlah jasa orangtuamu yang 23 tahun
ini mendidikmu dan membesarkanmu, ingatlah kenangan waktu kamu kecil orangtuamu
lah orang pertama yang paling tahu hal buruk dan hal baik apa yang terbaik
buatmu. Jangan terus kamu sesali, jadikanlah ini sebagai pelajaran terbaikmu.
Jadikan kesendirianmu ini sebagai pengalaman agar kamu menjadi pribadi yang
lebih dewasa dan lebih baik. Mungkin kamu tak percaya suratku ini akan sampai
ke tanganmu. Hanya lewat tulisan ini Pan, ku lukiskan segala beban yang selama
ini mengganjal dalam benakku juga benak orangtuamu. Berubahlah mulai sekarang.
Bangkitlah Pan! Bangkit. Lihatlah bangsa ini yang menunggu karyamu, lihatlah
bangsa ini yang butuh generasi muda yang tangguh Pan. Ingat Pan, masa depan
bangsa ini ada di tangan anak mudanya. Jadilah pelopor anti narkoba bagi
teman-teman kita yang saat ini tengah merasakan pedihnya sepertimu. Banyak hal yang akan terjadi dalam hidup ini,
tapi bukan berarti kamu harus tetap diam dan hanya diperbudak oleh barang itu
terus. Mulailah berpikir ke arah masa depanmu. Setiap hari yang kita lewati tak
akan pernah sama dengan hari yang lain. Jadilah yang lebih baik. Hanya dirimu
sendiri yang bisa merubah dirimu. Suratku ini hanya perantara saja, Pan.
Mungkin perasaan kecewa masih membayangimu, tapi Tuhan tidak diam. Dan kamu,
jangan hanya diam. Aku terpikir, jika karena obat-obatan haram itu kita tak
akan bersama lagi. Beruntunglah kamu masih diberi kesempatan hingga saat ini.
Syukurilah, jangan terus mengeluh dengan setiap masalah yang datang menghadang.
Selalu ada jalan yang indah untuk setiap masalah. Jika kamu beranggapan aku
terlalu mencampuri urusanmu, kamu salah besar. Aku hanya ingin yang terbaik untuk
sahabatku. Aku ingin membalas semua kebaikanmu dulu kepadaku. Sekarang akan
jadi waktu yang tepat ketika aku membalaskan budiku. Aku tak pernah berhenti
meyakinimu, bahwa persahabatan kita tak akan berakhir sekalipun kamu telah
menjadi pecandu. Persahabatan kita terlalu tulus untuk berakhir hanya karena
demikian. Dari satu titik kita merangkai jalinan persahabatan kita, dan itu aku
tak mau berakhir sia-sia. Percayalah, Tuhan tidak pernah tidur. Dia selalu
mendengar setiap do’amu. Sekarang, berjanjilah untuk berubah. Berusahalah,
kembali seperti Pandu Atmaja yang selalu ceria. Berdo’alah agar duniamu kini
jauh lebih indah dari sebelumnya. Semoga Tuhan selalu menjagamu.
Wassalamualaikum...
Salam
Rindu,
Riani