Selasa, 03 Februari 2015

Mimpi Singkatku






Merindu
Sebuah kata yang tak sempat terucap
Ada rasa yang seakan tertinggal
Masihkah Kau di sana?
Anganku bak melambung
Bersama bulir-bulir kebencian yang kau tabur
Ingin sejenak memelukmu
Menciummu penuh cinta
Kembalilah
Aku merasa hampa
Sebait asa dan anganku tak mampu melukiskan
Singkat
Menatapmu
Melihat senyummu
Kembalilah candaku
Saat hari telah senja
Aku ingin menikmatinya bersamamu
Mengenggam segala impian bersama
Aku ingin menemuimu
Meski sekejap saja

Kamis, 15 Januari 2015

Surat Untuk Sahabatku..



Assalamualaikum sahabatku...
Teruntuk Sahabatku Tersayang....
Apa kabar kawanku? Tak bisa ku ungkap rasa rinduku lewat rangkaian kata-kata, aku terlalu takut jika itu membosankan buatmu. Namun lewat surat ini kusampaikan segala kerinduanku dan sejenak mengenang masa lalu kita. Sekarang aku tengah menyelesaikan pendidikan S2 ku di Bandung. Seperti mimpi kita dulu Pan, kamu juga memimpikan untuk menyelesaikan studymu di Jakarta bukan? Tapi ketika aku pulang ke Padang beberapa hari lalu, aku mengunjungi rumahmu. Ku dengar berita yang menyayat hatiku, aku sempat tak percaya jika itu terjadi padamu. Aku tak menyalahkan jika atas perceraian orangtuamu membuatmu kehilangan iman dan melampiaskan pada barang-barang haram itu Pan. Tapi apakah kamu tak berpikir sebelumnya tentang mereka yang selama ini memikirkanmu? Sebenarnya kepulanganku ke Padang ingin menjumpaimu, mengajakmu bergabung bersamaku dan bersama Dani teman SMA kita yang gendut itu loh, masih ingat kan? Sekarang dia sudah kurusan, tambah ganteng lagi. Kamu kenapa tidak cerita setiap ada masalah? Percayalah, kita kan sudah jalan sama-sama sejak SMA. Masih juga dipendam sendiri. Di tempatmu sekarang, pasti kamu merasa asing dan bosan. Jangan pernah lelah buat belajar dan berubah jadi lebih baik ya, Pan. Pandu Atmaja yang kukenal selalu ceria, pintar dan pandai bergaul. Pandu yang ku kenal tak serapuh sekarang. Pandu yang ku kenal selalu menjadi malaikat buat sahabat-sahabatnya yang lain ketika sahabat mulai kehilangan arah, sedih dan kecewa. Pandu tetap semangat ya, jangan pernah menyerah buat jadi yang lebih baik. Pandu inget nggak, waktu Pandu dulu jadi juara pertama lomba lari  se Padang? Keren banget Pan, aku saja selalu ngiri sama kamu. Habisnya aku selalu kalah dua angka di belakangmu sih. Tapi sekarang masih tetap berarti Pan, meskipun kamu akan tetap terdiam dan membisu dengan segala rintihan yang kamu rasakan. Berjuanglah Pan, berjuang buat keluarga yang selalu menyayangimu dan mendoakan setiap mimpi-mimpimu, berjuang untuk sahabat-sahabatmu yang tak henti menjadi keluarga kedua dan selalu mendukungmu dari belakang, dan berjuang untuk dirimu sendiri Pan, berjuang agar kamu lekas sembuh dari ketergantungamu itu. Barang-barang haram itu tak ada gunanya, hanya akan merusak semua cita-cita dan mimpimu. Percayalah pada kekuatan do’a yang selama ini selalu kamu panjatkan untuk Pemilik Agung Alam ini. Pasrahkan semua masalahmu kepada-Nya. Percayalah Pan, hanya kekuatan dalam dirimu dan do’a yang akan membebaskanmu dari gemelut luka batinmu sendiri. Menangislah Pan, jika itu membuatmu lebih kuat. Berteriaklah Pan, jika itu membuat hatimu lega. Itu akan lebih baik kulihat dari pada aku harus menyaksikan sahabatku terdiam dan hanya memberikan tatapan kosong tanpa arti. Sungguh aku merindukan hari indah kita dulu, menikmati musim-musim sekolah terindah bersama teman-teman. Ingatlah semua mimpimu Pan. Jangan hanya diam dan menganggap semuanya baik. Semua butuh kamu, ingatlah keluargamu yang masih menunggu kamu kembali. Ingatlah juga, kamu tak pernah sendiri. Kamu masih punya sahabat yang selalu mewarnai harimu agar lebih berarti. Langkahmu belum terhenti Pan, masih banyak yang harus kamu selesaikan. Bangkitlah Pan, mari berubah jadi lebih baik dari sekarang. Ingatlah jasa orangtuamu yang 23 tahun ini mendidikmu dan membesarkanmu, ingatlah kenangan waktu kamu kecil orangtuamu lah orang pertama yang paling tahu hal buruk dan hal baik apa yang terbaik buatmu. Jangan terus kamu sesali, jadikanlah ini sebagai pelajaran terbaikmu. Jadikan kesendirianmu ini sebagai pengalaman agar kamu menjadi pribadi yang lebih dewasa dan lebih baik. Mungkin kamu tak percaya suratku ini akan sampai ke tanganmu. Hanya lewat tulisan ini Pan, ku lukiskan segala beban yang selama ini mengganjal dalam benakku juga benak orangtuamu. Berubahlah mulai sekarang. Bangkitlah Pan! Bangkit. Lihatlah bangsa ini yang menunggu karyamu, lihatlah bangsa ini yang butuh generasi muda yang tangguh Pan. Ingat Pan, masa depan bangsa ini ada di tangan anak mudanya. Jadilah pelopor anti narkoba bagi teman-teman kita yang saat ini tengah merasakan pedihnya sepertimu.  Banyak hal yang akan terjadi dalam hidup ini, tapi bukan berarti kamu harus tetap diam dan hanya diperbudak oleh barang itu terus. Mulailah berpikir ke arah masa depanmu. Setiap hari yang kita lewati tak akan pernah sama dengan hari yang lain. Jadilah yang lebih baik. Hanya dirimu sendiri yang bisa merubah dirimu. Suratku ini hanya perantara saja, Pan. Mungkin perasaan kecewa masih membayangimu, tapi Tuhan tidak diam. Dan kamu, jangan hanya diam. Aku terpikir, jika karena obat-obatan haram itu kita tak akan bersama lagi. Beruntunglah kamu masih diberi kesempatan hingga saat ini. Syukurilah, jangan terus mengeluh dengan setiap masalah yang datang menghadang. Selalu ada jalan yang indah untuk setiap masalah. Jika kamu beranggapan aku terlalu mencampuri urusanmu, kamu salah besar. Aku hanya ingin yang terbaik untuk sahabatku. Aku ingin membalas semua kebaikanmu dulu kepadaku. Sekarang akan jadi waktu yang tepat ketika aku membalaskan budiku. Aku tak pernah berhenti meyakinimu, bahwa persahabatan kita tak akan berakhir sekalipun kamu telah menjadi pecandu. Persahabatan kita terlalu tulus untuk berakhir hanya karena demikian. Dari satu titik kita merangkai jalinan persahabatan kita, dan itu aku tak mau berakhir sia-sia. Percayalah, Tuhan tidak pernah tidur. Dia selalu mendengar setiap do’amu. Sekarang, berjanjilah untuk berubah. Berusahalah, kembali seperti Pandu Atmaja yang selalu ceria. Berdo’alah agar duniamu kini jauh lebih indah dari sebelumnya. Semoga Tuhan selalu menjagamu.
Wassalamualaikum...
Salam Rindu,
Riani

Buah Do’a dan Usaha



“Mimpi bukan suatu hal mustahil untuk terwujud. Hanya saja jika kau terlalu banyak bermimpi namun kau tak berusaha akan hal mimpimu itu, kau bagai mengukir di atas air. Sia-sia.”           
Udara pagi menyambut ramah di sudut rumah kecil berdindingkan bambu di seberang jalan utara perkampungan itu. Sederhana hanya itulah kesan pertama untuk rumah itu. Seorang anak kecil seusia 9 tahun menenteng tas punggung dan kemudian membungkuk sambil mengencangkan tali sepatunya barang kali sepatu usangnya mulai rusak sehingga ia harus memastikan semuanya baik saat ia kenakan. Telah ia mantabkan jiwa dan raganya untuk melaju bersama teman-temannya di sekolah yang 3 tahun ini menjadi tempatnya menimba ilmu.
Tak terlihat sosok orangtua dalam rumah tersebut. Ia hanya berjalan mengikuti teman-teman yang lain. Tak berapa lama kemudian telah sampailah ia di depan gerbang sekolah. Seorang guru wanita yang kala itu mengenakan seragam cream dan jilbab yang selaras dengan seragamnya menghampiri gadis kecil dan teman-temannya itu.
“Selamat pagi, sudah siap untuk belajar?” katanya ramah sambil memberi senyum untuk anak-anak itu.
“Sudah Bu, “ jawab mereka serempak. Hal itulah yang selalu di tanamkan oleh guru wanita itu setiap kali ia akan mengajar. Menunggu anak didiknya di depan gerbang dan menyapanya. Hal biasa yang mungkin banyak terlewatkan. Dan hal itulah yang membuat kedekatan antara guru dan murid menjadi semakin erat.
Jam dinding menunjukkan pukul 07.00 W.I.B. Tanda masuk kelas. Bel baru saja berbunyi. Anak-anak berlarian masuk kelas masing-masing dan di susul oleh guru yang mengajar. Disiplin. Ya satu kata yang menunjukkan bahwa sekolah ini memang benar-benar disiplin dan tak ada jarak antara muid dan guru. Semua membantu dan dibantu. Dimana kesenjangan tak akan didapat di sekolah ini.
Ibu guru baru saja memasuki kelas Arin, gadis kecil yang berangkat sekolah bersama teman-temanya. Sebuah untaian salam telah keluar dari guru tersebut. Sebuah pelajaran baru untuk hari baru akan segera dimulai. Sekarang, anak-anak mulai berdiri mencari kelompoknya masing-masing untuk segeraa bergabung. Sepertinya tanpa diberi aba-aba oleh sang guru, sang anak mulai mengerti dan hafal dengan kebiasaan guru ini. Setelah itu sang guru mulai berjalan mengitari anak-anak tersebut dan meminta seorang anak laki-laki di samping kanan pintu masuk untuk menyiapkan berdo’a. Setelah berdo’a guru tersebut segera mengajarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Sebuah cerita singkat yang dibawakan oleh guru tersebut mampu mengundang gelak tawa murid-murid. Inilah yang dulunya sosok guru terkenal dengan Mr/Mrs.Killer, saat ini tak ada lagi guru dengan sosok tersebut. Orang jawa bilang sosok guru adalah sosok yang bisa digugu lan ditiru, maksudnya sosok yang bisa dijadikan teladan untuk diikuti. Hal sesederhana apapun bila diniati dengan hai dan kemauan yang keras untuk berubah akan membuahkan hasil yang maksimal.
Gadis kecil yang sedari tadi tenggelam dalam cerita Bu Ratih sesekali membayangkan bahwa suatu saat nanti ia akan menjadi seorang guru juga. Ia membayangkan bila ia tengah dihadapkan oleh semua anak didiknya. Suatu profesi yang mulia untuk turut serta mncerdaskan anak bangsa.
“Sekarang, keluarkan buku tulis kalian dan mulai menuliskan cita-cita kalian. Kalian bisa menjadi seorang dokter, guru, pilot, polisi, tentara, bidan, terserah kalian. Kalian tulis apa yang ada dalam benak dan pikiran kalian.” ucap guru tersebut sambil mengawasi anak didiknya.
Sontak anak-anak mulai menuliskan cita-cita mereka dan satu persatu maju ke depan untuk membacakan cita-cita dan mimpi mereka. Berani. Satu kata yang harus digaris bawahi bahwa seorang anak juga harus diajari untuk berani agar mereka lebih bisa menata masa depan dengan baik.
Arin perlahan mengerti dengan keadaannya kini. Hidup bukan bagaimana mudahnya hidup, namun bagaimana sulitnya hidup. Ia menuliskan cita-citanya menjadi seorang guru yang kelak dapat menggantikan sosok Bu Ratih yang ia anggap malaikat penolongnya yang selama ini memberi motivasi untuk tetap ada dan bangkit. Arin mulai menyadari bagaimana pentingnya pendidikan untuk dirinya dan masa depannya.
Saat matahari mulai menjemput senja, di sanalah semua harapan-harapannya ia panjatkan untuk pemilik Agung hidpnya. Sebuah pengorbanan kecil. Ya. Dengan begitu ia akan merasakan bagaimana indahnya hidup. Bagaimana indahnya sekolah. Bagaimana cerianya bermain bersama teman-teman. Dan bagaiamana ia mensyukuri sebuah kehidupan.
“Jangan berhenti meraih mimpi walaupun sesulit apapun jalanmu. Karena mimpi tak akan didapat kalau tidak dicari dan digali dengan potensi dirimu.” kata Bu Ratih sambil mengakhri jam pelajarannya. 

Kau pun pemilik Surga itu



Ayah
Satu kata untuk melukiskan kerinduanku padamu
Saat hari telah beranjak pergi
Saat masa yang dulu dengannya kita bersama membuat kita jauh
Saat waktu menhantarkanmu pada detik perpisahan kita
Kau tahu Yah..
Aku sangat merindukanmu
Terlebih saat ku lihat temanku memperkenalkan sosok ayah mereka
Kau tahu Yah
Betapa ku iri terhadapnya?
Seakan aku ingin menghujat atas ketidak adilan ini
Sebuah perpisahan memang harus kita terima ya?
Tapi tak bisakah selambat mungkin
Kenapa harus ayahku?
Kenapa bukan ayah yang lain?
Rindu ini bagai jarum yang berulang kali menghujam hatiku
Menusukku hingga membuatku semakin papa
Saat kau pergi,
Aku belum cukup mengerti apa itu perceraian
Aku belum cukup mengerti apa itu perpisahan
Yang aku tahu,
Aku kehilangan ayahku
Sosok yang harusnya menjadi tempatku untuk nerlindung
Tempatku mencurahkan penatku
Dan tempatku bersandar dari kemarahan ibu
Tapi semua semu
Kau tak lagi ada
Ayah
Seburuk apapun sosokmu menurut mereka
Kau lah malaikat yang terlihat
Kau apa adanya
Kau selalu nampak sempurna untukku
Kau pun juga pemilik surga, Yah.
Aku merindumu....