Jumat, 31 Januari 2014

Pertiwiku

Senja kala merayap

Merona nila di ufuk barat
Lembayung mega semburat
Hewan malam mulai mencari
Sumber penghidupan
Diantara barisan itu
Terdapat jiwa yang menggebu
Dalam teguhnya jiwa
Bersatu dalam raga dan sukma
Berjuang demi negara
Tercinta
Beralaskan tekad
Berpayungkan semangat
Untuk negeri pertiwi

Ketika Puisi Bercerita



Ketika Puisi Bercerita


Senandung lagu bersyair merdu
Menggugah semangat dalam kalbu
Gerimis sore bernada sendu
Menggetarkan njiwa yang pilu
Ketika angin berhembus namanmu
Aku ingin memakunya di hatimu
Aku butuh dirimu yang dulu
Melangkah bersamaku
Mendamaikan jiwaku
Di hari-hariku
Bukan dirimu yang diam membisu
Untaian do’a terselip di sujudku
Dimalam-malam tahajudku
Kusebut namamu
Agar dirimu
Mengingatku selalu..

Harapan

Hari ini ada banyak kisah

Tentang perjuangan jiwa
Jiwa yang berbatas cakrawala
Untaian awan mendung
Menutupi irisan langit biru
Aku mengenalmu
Bahkan tak sekedar mengenalmu
Memilikum yang kuharapkan
Ketika jiwaku sepi
Kamu yang kuinginkan
Bertukar cerita
Memakna sebuah filosofi cinta
Bersamamu
Aku merasa ada
Dan tanpamu
Aku hampa

For My Inspiration



For My Inspiration

PUISI



Dalam DIAM
 
Dalam diam
Aku bercerita
Tentang jiwa
Yang tak merasa
Dalam diam
Aku menangis
Menangis saat menatapmu
Semua sia-sia
Ketika kita tak bersama
Mimpi kita hilang
Asa kita?
Masihkah bertanya dalam diam?
Mengertilah cinta
Untuk kita
Untuk jiwa kita
Bersama

Selasa, 28 Januari 2014

DIA


Ketika Dia

36 bulan yang lalu dia datang menemuiku, diantara hiruk pikuknya dunia yang kejam menipuku. Dia begitu anggun dengan apa adanya dirinya. Dia tak pernah ingin menjadi orang lain. Dia sosok yang begitu tenang meski terkadang dadanya begitu sesak dengan masalah yang tiba-tiba hadir diantara gemelut bahagianya. Dia sosok yang sesekali manja namun menghangatkan. Dia tidak pernah marah meski terkadang pula dia merasa kecewa.Dia mencintai keindahan dan kedamaian. Dia bahagia ketika banyak orang yang mencintainya dan memperdk pernah pedulikannya. Dia tak pernah peduli dengan keadaan orang sekitar yang mencoba meruntuhkan jiwanya. Banyak orang yang mencari dan merindukan sosoknya. Dia selalu tenang, dan mencoba tetap tenang meski hatinya  bergumuruh kencang tatkala orang yang dia cinta dan kagumi memanggil namanya. Dia sosok yang pendiam namun mengagumkan. Tak jarang dia berdiam diri cukup lama sebelum akhirnya dia tertawa. Dia begitu hangat dengan kesendiriannya. Dia jarang lengah, matanya selalu menyorot setiap jengkal langkahnya.
24 bulan yang lalu, dia mulai menjadi sosok antagonis. Dia jarang tersenyum, bahkan sekedar menyapa. Entahlah banyak orang yang tak mengerti dengan keadaannya. Dia tiba-tiba menjadi sosok arogan dan menyebalkan. Hampir setiap yang dilakukan orang lain, dia mengkritik. Dia tak segan mencaci bahkan memarahi bila ia anggap itu salah. Dia tidak lagi tenang seperti dulu. Jiwanya berpacu dengan adrnalin yang semakin cepat,cepat dan cepat. Dia cukup lengah untuk ditipu. Raganya tak sekuat dulu. Dia mudah menangis, bak seorang wanita. Dia menjadi sosok pemarah lebih dari yang terkirakan. Dia tak ingin bangkit. Jiwanya semakin rapuh.
Beberapa hari yang lalu, dia datang lagi ditempat ini. Senyumnya merekah serasa manis. Dia memberi beberapa koin untuk tangan yang menengdah dibawah payung diantara hujan turun. Apa yang dia pikirkan mungkin tak sama dengan yang terpkirkan oleh orang-orang yang memikirkan dia. Dia menjadi sosoknya yang dulu sebelumnya pada akhirnya dia meninggalkan cintanya demi cita-citanya yang sempat pupus. Seberapa burukpun dia, dia tetap istimewa. Tak pernah lekang meski jiwanya hanyut dalam aliran-aliran cinta yang lain. Cintanya terhadap citanya lebih kuat mengalahkan segalanya. Ia lah dia, dia apa adanya.
AKU MENCINTAINYA.