Materi Mata Kuliah : APE
Dosen : I Made Seken, M.Pd
APE (Alat Permainan Edukatif) adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebaga sarana untuk bermain dan yang mengandung nilai edukatif dan dapat mengembangkan segala aspek kemampuan PAUD. beberapa kriteria APE PAUD adalah sebagai berikut:
1. APE ditujukan untuk PAUD
2. Dapat digunakan dengen berbagai cara, bentuk, tujuan dan aspek penegmbangan AUD
3. Aman dan tidak berbahaya
4. Dirancang untuk membangkitkan aktivitas dan kreativitas AUD
5. Hasil rancangan bersifat konstruktif
6. APE mengandung nilai pendidikan
Tujuan APE
1. Memperjelas materi yang diberikan
2. memberikan motivasi untuk berekspresi dan berekspreimen dalam berbagai aspek
3. memberikan kesenangan bagi anak dalam bermain
Fungsi APE
1. Dapat menciptakan situasi belajar yang menyenangkan
2. dapat menunmubuhkan rasa percaya diri anak yang positif
3. memberikan stimulus yang besar dalam menyeimbangkan kemampuan dasar anak
Bentuk Media Edukatif
1. Boneka tangan atau jari
2. Puzzle
3. Kotak Alfabet
4. Kotak Angka
5. Kotak Warna atau jam
6. Kotak huruf
7. Bentuk geometris
8. Bola Suara
9. Bak Pasir
10. Jombatan atau timbangan
11. Eat Catcer
12. Akselo
13. Mading Show
14. Aqualizer
15. Show Cards
16. Ethalese
17. Miniatur
18. Tikam Jejak
19. Big Book
20. Cerita Pendek
Bacalah !!
Ketika sebuah tulisan mampu memberi warna dan menginspirasi...
Selasa, 10 Oktober 2017
Senin, 06 Maret 2017
KURIKULUM PENDIDIKAN ORANG DEWASA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan
bagi orang dewasa menjadi sebuah hal penting dalam perkembangan ilmu
pengetahaun. Tidak sedikit orang dewasa yang perlu mendapatkan pendidikan baik
secara formal maupun informal. Hal tersebut memberi pengaruh kepada
pembelajaran orang dewasa. Orang dewasa diartikan sebagai orang yang sudah
banyak memilki pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan kemampuan dalam mengatasi
permasalahan secara mandiri. Orang dewasa lebih mengarahkan dirinya kepada
pencapaian pemantapan identitas dan jati dirinya, dengan demikian
keitkutsertaan orang dewasa dalam pelaksanaan pembelajaran memberikan dampak
yang positif bagi perubahan pendidikan ke arah yang lebih baik. Orang dewasa
sebagai agen of change yang akan
mengubah paradigma pendidikan anak usia dini yang cenderung salah dalam
penerapnnya. Pendidikan yang akan dilaksanakan oleh orang dewasa tidak hanya
seputar memberi tambahan pengetahuan saja, melainkan adanya pembekalan dengan
rasa percaya diri sehingga dapat mengimplementasikan pengetahuan dan
keterampilan yang akan digunakan untuk mengajar anak-anak.
Pendidikan
bagi orang dewasa saat ini menjadi sebuah aspek yang penting yang harus
dikembangkan dengan baik. Orang dewasa perlu mengetahui konsep psikologi orang
dewasa sehingga sebagai pribadi dapat mengarahkan diri sendiri. Pemahaman
terhadap perkembangan kondisi psikologi orang dewasa memiliki arti yang penting
bagi para pendidik atau fasilitator dalam menghadapi orang dewasa sebagai
siswa. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh orang dewasa berbeda dengan
pendidikan yang dilaksanakan oleh anak usia muda. Pendidikan yang dilaksanakan
oleh orang dewasa cenderung mengarah kepada pendidikan yang berbentuk
keterampilan dan kursus-kursus. Materi
dan kurikulum yang digunakan dalam pendidikan orang dewasa berbeda dengan
pendidikan yang dilaksanakan oleh anak usia muda.
Oleh
karena itu, tujuan dari penulisan makalah ini adalah memaparkan mengenai materi
dan kurikulum yang akan dipelajarai oleh orang dewasa. Aspek tersebut perlu
dipaparkan sebagai upaya untuk membelajarkan orang dewasa sebagai salah satu
alternatif untuk menyelasaikan masalah kependidikan, sebab pendidikan saat ini
bukan lagi pendidikan yang berupaya untuk menstransmisikan pengetahuan
melainkan guna sebagai proses pendidikan sepanjang hayat.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas adalah sebagai berikut.
1. Apa
pengertian pendidikan orang dewasa?
2. Bagaimana
konsep dari pembelajaran bagi orang dewasa?
3. Bagaimana
pengelolaan pembelajaran yang diajarkan pada pendidikan orang dewasa?
4. Bagaimana
penerapan kurikulum yang digunakan pendidikan orang dewasa?
C.
Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan penulisan berdasarkan rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut.
1. Memaparkan
pengertian pendidikan orang dewasa.
2. Menjelaskan
konsep dari pembelajaran bagi orang dewasa.
3. Mendeskripsikan
pengelolaan pembelajaran yang diajarkan pada pendidikan orang dewasa.
4. Memaparkan
penerapan kurikulum pendidikan orang dewasa.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pendidikan Orang Dewasa
Pendidikan
yang dilaksanakan oleh orang dewasa dimaksudkan sebagai upaya sadar dalam
penyelenggaraan pendidikan bagi orang dewasa. Istilah dewasa tidak hanya
identik dengan usia kronologis, melainkan lebih mengarah kepada kematangan
psikologis (Danim,2013:125). Pendidikan orang dewasa lebih dikenal dengan
istilah andragogi, yang berasal dari bahasa yunani kuno “aner” dengan akar kata andr yang
berarti orang dewasa dan “agogus”
yang berarati membimbing atau membina (Budhojo, 2014:10). Andragogi secara
harfiah diartikan seagai ilmu dan seni yang digunakan untuk mengajar orang
dewasa.
Pendidikan
yang dilaksanakan oleh orang dewasa tentu tidak terlepas dari pendidikan yang
dilaksanakan oleh anak usia remaja atau yang leih dikenal dengan istilah
pedagogik. Namun, apabila pendidikan yang dilaksanakan oleh orang dewasa
menggunakan istilah pedagogik tentu sudah tidak tepat. Pendidikan yang
dilaksanakan oleh orang dewasa lebih kepada praktik-praktik dan pelatihan
keterampilan yang harus dilaksanakan secara andragogis. Proses pendidikan orang
dewasa yang terpenting adalah interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri
yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri bukan merupakan kegiatan guru
mengajarkan sesuatu.
Andragogi
atau pendidikan orang dewasa memenuhi apabila disebut sebagai ilmu. Andragogi
memiliki obyek material maupun formal dalam keilmuan serta memiliki metode keilmuan
yang diterapkan (Budhojo, 2014:11). Dalam andragogi muncul istilah joyful learning, workshop, pelatihan,
outbond dan dari konsep Pendidikan Andragogi muncul konsep liberalisme
pendidikan dan anarkisme pendidikan. Liberalisme pendidikan merupakan suatu
pandangan bahwa manusia harus melakukan perubahan atau perombakan terhadap
tatanan politik dan pendidikan yang ada saat ini sebagai cara untuk memajukan
kebebasan-kebebasan individu dan mempromosikan perwujudan potensi yang dimiliki
semaksimal mungkin. Sekolah bersifat objektif, namun tidak sentral dan sekolah bukan
hanya mengajarkan siswa bagaimana berfikir secara rasional dan ilmiah melainkan
mengajak siswa memahami kebijaksanaan tertinggi yang ada di dalam
pemecahan-pemecahan masalah secara intelek.
Hasil
sebuah penelitian mengungkapkan bahwa orang dewasa tidak mengalami pertumbuhan pribadi
yang signifikan pada usia setengah baya, namun peserta didik dewasa hanya
tumbuh secara signifikan dalam satu jenis lingkungan belajar. Faktor kunci
dalam pembelajaran orang dewasa sebagai berikut (Darmin, 2013:140).
1.
Lingkungan dimana peseerta didik merasa
aman dan nyaman dan didukung, kebutuhan individual dan keunikan yang terhormat
serta kemampuan dan prestasi hidup yang diakui dan dihormati.
2.
Sebuah lingkungan yang mendorong untuk
kebebasan intelektual, eksperimentasi dan kreativitas.
3.
Lingkungan dimana guru memberlakukan orang
dewasa sebagai teman.
4.
Belajar dengtan cara mengarahkan diri
sendiri, dimana siswa bertanggung jawab atas pembelajaran yang dilakukan
sendiri.
5.
Menekankan pada tantangan intelektual,
menentang orang melampaui tingkat kemampuan mereka sendiri.
6.
Keterlibatan aktif dalam belajar.
7.
Mekanisme umpan balik regular bagi peserta
didik dewasa untuk menceritakan pendidikan yang mereka inginkan seperti apa.
Pembelajaran
yang diberikan kepada orang dewasa dapat efektif apabila pembimbing tidak
terlalu mendominasi di dalam kelas, mengurangi banyak bicara, namun
mengupayakan agar individu orang dewasa tersebut mampu menemukan alternatif
untuk dapat mengembangkan kepribadian mereka sendiri. Orang dewasa hakikatnya
merupakan makhluk yang kreatif apabila seseorang mampu menggerakkan dan
menggali potensi yang ada pada dirinya.
Jadi
pendidikan orang dewasa merupakan suatu pendidikan yang terarah yang
dilaksanakan untuk mendidik atau mengajar orang dewasa, meskipun orang dewasa
sudah mampu mandiri dan mengarahkan dirinya sendiri, namun dalam kegiartan
andragogi yang terpenting adalah interaksi belajar dengan kegiatan belajar
mandiri.
B.
Konsep Pembelajaran Bagi Orang
Dewasa
Belajar
diartikan sebagai suatu aktivitas untuk menambah pengetahuan. Belajar sering
dikaitkan dengan kegiatan menghafal.
Belajar juga diartikan sebagai perubahan tingkah laku individu yang disebabkan
oleh pengalaman yang dialami dan latihan yang dilakukan. Pada konsep
pembelajaran orang dewasa ini akan dibahas mengenai teori belajar, prinsip
belajar orang dewasa serta tujuan pembelajaran bagi orang dewasa.
1.
Teori
Belajar Orang Dewasa
Aliran behavioristik mengartikan belajar sebagai perubahan tingkah laku,
perubahan di dalam hal kemampuan dan kecakapan untuk berperilaku dalam cara-cara
yang baru pada diri pelajar, tidak menyertakan perubahan yang diakibatkan oleh
kematangan, kedewasaan, dan pertumbuhan. Perubahan tingkah laku tersebut
diakibatkan oleh pengaruh lingkungan. Tokoh teori belajar aliran behavioristik
meliputi: Thorndike, Pavlov, Watson, dan Skinner. Teori-teori belajar menurut aliran behavioristik antara lain
sebagai berikut:
a.
Teori
Classical Conditioning
Telah kita ketahui sebelumnya teori classical conditioning yang terkenal
oleh Ivav Pavlov, yang memuat prinsip dasar. Prinsip dasar tersebut adalah
sebuah unconditioned stimulus, unconditioned response, dan conditioned stimulus. (Sobur, 2009:224).
Prinsip-prinsip tersebut mengungkapkan bahwa pembentukan tingkah laku dapat
dilakukan melalui proses atau latihan.
Peran dalam kegiatan belajar orang
dewasa adalah ketika seseorang tidak mengalami kepuasan maka akan berhenti
berlatih atau belajar, yaitu ketika orang dewasa mengalami ketidakpuasan,
ketakutan atau merasa berat dengan apa yang dihadapinya. Terlihat adanya
hubungan pembentukan antara “emotional”
dan “attitudional”. Contoh : pada
orang dewasa banyak yang tidak suka pada pelajaran Bahasa Inggris disebabkan
oleh sulitnya mencerna kata-kata Bahasa Inggris. Saat ini banyak orang dewasa
suka belajar Bahasa Inggris karena tutor yang menarik dan menyenangkan.
b.
Teori Operant Conditioning
Teori
operant conditioning adalah teori
yang terkenal dengan hubungan antara stimulus dengan respon. Skinner
berpendapat bahwa perilaku manusia selalu dikendalikan oleh faktor luar (faktor
lingkungan, rangsangan, atau stimulus) juga pada penguatan yang diberikan. Bila
penguatan yang diberikan positif, suatu perilaku dapat dikembangkan. Namun jika
penguatan negatif, maka perilaku akan dihambat.
Peran
teori operant conditioning pada orang
dewasa dan usia lanjut adalah bagi guru atau fasilitator maupun buku-buku
pelajaran hendaknya memiliki peran dan fungsi sebagai programmer yang berusaha
membentuk perilaku warga belajar dengan memberikan urutan stimulus dan respon,
sehingga perilaku akhir sebagaimana ditetapkan dalam tujuan pembelajaran.
2.
Prinsip
Belajar Orang Dewasa
Davies (1991:32), mengingatkan
beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka dasar bagi penerapan
prinsip-prinsip belajar belajar dalam proses pembelajaran, yaitu :
a.
Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus
mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar
tersebut untuknya.
b.
Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya)
sendiri dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar.
c.
Seoradapuang murid belajar lebih banyak bilamana
setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement).
d.
Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah
pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih berarti.
e.
Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk
mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan
belajar dan mengingat lebih baik.
f.
Belajar
harus memiliki tujuan. Tujuan harus berhubungan dengan kebutuhan hidup.
Kegiatan belajar harus memunjukkan usaha dan bersedia mengalami bermacam-macam
kesukaran, adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil. Belajar dikatakan
berhasil apabila memberikan keberhasilan
yang menyenangkan. Pengulangan dan latihan perlu diberikan atas dasar
pemahaman. Terpenting dari kegiatan belajar adalah kemauan untuk belajar.
3.
Tujuan
Pembelajaran bagi Orang Dewasa
Pendidikan orang dewasa umumnya memiliki sasaran kelompok
orang dewasa yang beraneka ragam, baik usianya, tingkat pendidikannya,
lingkungan sosialnya, pelajarannya dan lain-lain. Secara umum terdapat beberapa
tujuan pendidikan orang dewasa yaitu sebagai berikut:
a.
Pengembang
kecerdasan atau intelektual
Tujuan pendidikan
orang dewasa, yaitu mengembangkan
kecerdasan untuk menerima, menyimpan dan mengolah infomasi menjadi fakta. Orang
yang kecerdasan intelektualnya baik, baginya tidak ada informasi yang sulit,
semuanya dapat disimpan dan diolah, pada waktu yang tepat dan pada saat
dibutuhkan diolah dan diinformasikan kembali.
b.
Aktualisasi
dari indvidu
Aktualisasi tersebut mencakup pemenuhan diri (self-fulfillment),
realisasi seluruh potensi, dan kebutuhan untuk menjadi kreatif. Mereka yang
telah mencapai level aktualisasi diri menjadi lebih manusiawi, lebih asli dalam
mengekspresikan diri, tidak terpengaruh oleh budaya.
c.
Pengembangan
personal
Pengembangan personal dapat dilakukan dengan menanamkan mindset
atau sikap yang paling positif dan memberdayakan setiap kemampuan
yang dimiliki tiap individu, kemudian menanamkan keunggulan skill pada
diri individu.
d.
Perubahan
sosial (masyarakat)
Perubahan sosial (masyarakat) merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
e.
Pengembangan SDM dalam organisasi kerja (efektivitas organisasi)
Pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi kerja
adalah
suatu proses peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kapasitas dari semua
penduduk suatu masyarakat dalam organisasi kerja.
C. Pengelolaan
Pembelajaran pada Pendidikan Orang Dewasa
Kegiatan
pembelajaran dalam program pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun
lembaga swadya masyarakat khususnya pada program pelatihan bagi orang usia
lanjut yang dilakukan di ruang atau di kelas. Hal ini dapat menunjukan bahwa
ruangan kelas merupakan tempat kegiatan utama bagi kegiatan pembelajaran dalam
program-program pelatihan dan program kegiatan pendidikan luar sekolah
kliennya. Penggunaan ruangan/kelas sebagai tempat kegiatan
pembelajaran didasari oleh beberapa alasan. D. Sudjana (dalam buku Ilmu
Pendidikan dan Aplikasi Pendidikan) mengemukakan sebagai berikut:
1.
Kegiatan pembelajaran diruangan atau di kelas sudah dulu dikenal
dibandingkan dengan tempat kegiatan pembelajaran lainnya.
2.
Penyelenggaran kegiatan pembelajaran diruang atau dikelas lebih
mudah dilakukan dibandingkan dengan penyelenggaraan pada fasilitas lainnya.
Pembelajaran diruang atau dikelas cukup dengan mencari dan menentukan ruangan
yang akan digunakan, adanya jumlah peserta didik, adanya bahan belajar dan
tersediaanya alat bantu pembelajaran.
3.
Melalui kegiatan pembelajaran diruangan atau kelas yang
memungkinkan semua peserta didik dapat menerima informasi pada waktu yang sama.
Peserta didik dapat membahas bahan belajar secara bersamaan dengan menggunakan
media pembelajaran dan selain itu juga dapat berinteraksi dengan lainnya dalam
ruang dan waktu yang sama.
Pengelolaan pembelajaran
dalam ruang atau kelas dapat berjalan efektif maka perlu memperhatikan
persyaratan-persyaratan sebagai berikut ini:
a)
Adanya keterlibatan, tanggung jawab peserta didik. Keterlibatan
peserta didik merupakan syarat pertama dalam kegiatan pembelajaran diruangan
maupun dikelas. Peserta didik harus mempunyai tujuan yang harus dipahami,
ssehingga peserta didik harus harus belajar jika ingin mencapai tujuan
tersebut. Bentuk keterlibatan peserta didik salah satunya adalah kelompok
peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar untuk memecahkan masalah yang di
hadapi bersama, namun secara terpisah peserta didik dapat melakukan kegiatan
pemecahan masalah secara perseorangan.
b)
Tanggung jawab dalam kegiatan pembelajaran. Para peserta didik
perlu disadarkan tentang sejauh mana tanggung jawab mereka dalam kegiatan
belajar. Apabila tujuan belajar telah diketahui dengan baik dan jelas oleh
peserta didik, maka mereka perlu meyakini bahwa merekalah yang harus melakukan
kegiatan belajar guna mencapai tujuan belajar. Tidak sebaliknya, yaitu pendidik
yang menyuruh dan memaksakan kehendaknya kepada peserta didik agar mereka
berbuat untuk mencapai tujuan itu. Dalam kegiatan belajar yang dilakukan dalam
kelompok kecil, seperti pekerjaan sehari-hari, peserta didik perlu merasakan
bahwa merekalah yang memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas dalam
kegiatan belajar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh mereka,
sedangkan pendidik hanya berperan untuk memberikan dorongan atau bimbingan.
c)
Adanya umpan balik (feed
back) dan peserta didik. Umpan balik ini berguna bagi pendidik untuk
mengetahui tingkat perubahan yang dialami oleh peserta didik pada saat sebelum
dan pada saat kegiatan belajar berlangsung, dengan adanya umpan balik ini
pendidik akan memperoleh gambaran tentang perubahan yang telah dan sedang terjadi
patuh diri peserta didik. Semakin banyak
umpan balik yang disampaikan peserta didik, maka akan makin diketahui tentang
tingkat keberhasilan pendekatan dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan
pendidik. Umpan balik dapat dilakukan dengan bermacam cara seperti dengan
bertanya, minta tanggapan, menyuruh melakukan kegiatan, dan menjelaskan kembali
suatu yang telah dipelajari kepada semua peserta didik. Umpan balik di
ruangan/kelas dapat diperoleh dengan menggunakan alat penghimpun informasi
tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi. Alat-alat tersebut antara lain berupa
catatan harian, lembaran observasi, lembaran evaluasi kegiatan dan penampilan pendidik
serta lembaran pesan dari peserta didik.
D.
Kurikulum
Pembelajaran Bagi Orang Dewasa
Kurikulum
yang digunakan dalam pendidikan orang dewasa yang disebut sebagai Kurikulum persistent life situasions, yaitu
merupakan bagian dari suatu kurikulum terpadu yang menganalisis situasi yang
dihadapi manusia dalam kehidupannya, masa lalu, masa kini, dan juga masa yang
akan datang. Dalam Kurikulum persistent
life situasions kita akan membahas mengenai karakteristik, fungsi, prinsip,
dan juga strategi penerapan.
1.
Karakteristik
Kurikulum Persistent Life Situasions
Bagi
pelajar orang dewasa, karakteristik kurikulum persistent life situasions antara lain sebagai berikut:
a. Universal,
yang berarti pokok bahasannya mempunyai tingkat generalisasi yang tinggi
sehingga dapat memberikan kompetensi seluruh spektrum pendidikan bagi pelajar
orang dewasa.
b. Adaptif,
artinya mampu memberikan kemampuan kepada pelajar orang dewasa untuk
mengadaptasi perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Transferable,
artinya konsep-konsep yang terdapat pada pokok-pokok bahasan dapat dimanfaatkan
ataupun digunakan dalam kehidupan masyarakat dan juga kehidupan sehari-hari.
d. Aplikatif,
artinya memungkinkan untuk diaplikasikan secara luas dalam berbagai bidang
keilmuan dan juga teknologi.
e. Meaningful
yang berarti layak, bermakna atau memiliki arti, dan juga bermanfaat untuk
diketahui dan dikuasai oleh pelajar orang dewasa sebagai landasan untuk tetap survive.
f. Mampu
untuk membentuk dan juga membangun pola pikir melalui kegiatan yang bernalar.
g. Mampu
mengembangkan kreatifitas untuk mengidentifikasi dan menemukan.
2.
Fungsi
Kurikulum Persistent Life Situasions
Selain
mempunyai peranan, kurikulum juga mempunyai berbagai macam fungsi. Pada
kurikulum persistent life situasions orang
dewasa memiliki fungsi-fungsi yang sama dengan fungsi-fungsi kurikulum pada
umumnya. Menurut Alexander, fungsi dari kurikulum itu adalah sebagai berikut:
a.
Fungsi Penyesuaian
Fungsi
penyesuaian pada kurikulum persistent
life situasions bagi pelajar orang dewasa yaitu memandang bahwa individu
(orang dewasa) hidup dalam lingkingan, sehingga setiap individu harus mampu
menyesuaikan diri terhadap lingkungan secadar menyeluruh. Individu (orang
dewasa) dituntut untuk selalu bisa menyesuaikan diri yang disebabkan oleh
lingkungan tempat individu berinteraksi akan selalu berubah dan bersifat
dinamis.
b.
Fungsi Pengintegrasian
Fungsi
integrasi memandang bahwa kurikulum harus memiliki fungsi untuk mendidik
pribadi-pribadi (orang dewasa) yang terintegrasi. Hal tersebut disebabkan
karena individu (orang dewasa) merupakan bagian dari seatu integral masyarakat
(lingkungan). Dapat dikatakan bahwa indifidu harus berkontribusi pada
pengintegrasian masyarakat.
c.
Fungsi Diferensiasi
Fungsi
diferensiasi memandang bahwa kurikulum harus memberikan pelayanan terhadap
perbedaan-perbedaan individu dalam masyarakat. Hal ini berangkat dari sebuah
anggapan bahwa individu (orang dewasa) berbeda dengan individu lainnya.
Perbedaan (diferensiasi) di sini di mungkinkan untuk dapat mendorong proses
berfikir kritis dan kompetitif diantara individu (orang dewasa).
d.
Fungsi Persiapan
Fungsi
persiapan memandang bahwa kurikulum berfungsi untuk mempersiapkan pelajar orang
dewasa agar mampu melanjutkan dan atau menerima materi/bahan lebih jauh.
e.
Fungsi pemillihan
Fungsi
pemilihan merupakan suatu tindak lanjut dari fungsi perbedaan. Dimana dari
perbedaan-perbedaan yang muncul harus mampu menarik dan dapat menentukan
pilihan minat individu (orang dewasa).
f.
Fungsi Diagnostik
Fungsi
diagnostik memandang bahwa kurikulum harus mampu mengarahkan pelajar orang
dewasa untuk dapat memahami dan juga menerima keadaan dirinya untuk dapat
mendorong dan mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya.
3.
Prisip-Prinsip
Kurikulum persistent life situasions
Kurikulum
persistent life situasions juga mempunyai
beberapa prinsip-prinsip yang harus ditanamkan dalam diri individu (orang
dewasa). Adapun prinsip-prinsip dari kurikulum persistent life situasions adalah keimanan, nilai, dan budi pekerti
luhur, belajar sepanjang hayat (life long
education), pengembangan keterampilan dan kemandirian hidup, dan strategi
penerapan kurikulum persistent life
situasions . Penerapan kurikulum persistent
life situasions mempunyai strategi yaitu, penetapan sosialisasi kurikulum,
penetapan sasaran dan prosedur, dan penetapan waktu serta lama pelaksanaan
kurikulum, penetapan evaluasi hasil.
4.
Asumsi-Asumsi
Pendidikan Orang Dewasa dan Implikasinya
Menurut
Malcolm S. Knowles dalam (Budhojo, 2014) ada 4 konsep dasar (asumsi) yang
terdapat dalam pendidikan orang dewasa, yaitu:
Asumsi
|
Pendidikan
Orang Dewasa (Andragogi)
|
Konsep
Diri
|
• Si pelajar bukan lagi pribadi
yang tergantung, melainkan pribadi yang telah matang secara psikologis.
• Hubungan pelajar dengan pengajar
merukan suatu hubungan yang saling membantu dan terdapat juga hubungan timbal
balik.
|
Pengalaman
|
Pengalaman
pelajar orang dewasa dinilai sebagai suatu sumber belajar yang kaya.
|
Kesiapan
belajar
|
Pelajar
menentukan apa yang mereka perlu pelajari berdasarkan pada persepsi mereka
sendiri terhadap tuntutan situasi sosial mereka.
|
Orientasi
terhadap belajar
|
• Pelajar cenderung mempunyai
perspektif untuk kecepatannya dan juga ketepatannya untuk mengaplikasikan apa
yang telah mereka pelajari.
• Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan yang berpusat pada masalah (Problem
centered)
|
Berdasarkan asumsi-asumsi pendidikan orang
dewasa di atas, maka implikasi pada pendidikan orang dewasa adalah sebagai
berikut:
a.
Implikasi dari asumsi konsep diri
Iklim
belajar perlu diciptakan sesuai dengan keadaan orang dewasa. Mulai dari
ruangan, peralatan, dan kerja sama yang saling menghargai, peserta
diikutsertakan dalam mendiagnosis kebutuhan belajarnya, peserta dilibatkan dalam
proses perencanaan belajarnya, dan evaluasi belajar dalam proses belajar secara
andragogi menekankan pada cara untuk mengevaluasi diri sendiri.
b.
Implikasi dari asumsi pengalaman
Proses
belajar ditekankan kepada teknik yang sifatnya menyadap pengalaman seperti
diskusi, metode kasus, simulasi, latihan praktek, metode proyek, demonstrasi,
bimbingan dan seminar, kemudian penekanan dalam proses belajar pada aplikasi
praktis dan penekanan dalam proses belajar adalah belajar dari pengalaman.
c.
Implikasi dari asumsi kesiapan belajar
Urutan
kurikulum dalam proses belajar orang dewasa disusun berdasarkan tugas
perkembangannya, bukan disusun berdasarkan urutan logika mata pelajaran atau berdasarkan
kebutuhan kelembagaan dan adanya konsep mengenai tugas-tugas perkembangan pada
orang dewasa akan memberikan petunjuk dalam belajar secara kelompok.
d.
Implikasi dari asumsi orientasi terhadap
belajar
Para
pendidik orang dewasa bukanlah berperan sebagai seorang guru yang mengajar mata
pelajaran tertentu, melainkan mereka berperan sebagai pemberi bantuan kepada
orang yang sedang belajar, kurikulum dalam pendidikan untuk orang dewasa tidak
diorientasikan kepada mata pelajaran tertentu, melainkan berorientasi pada
masalah dan karena orang dewasa dalam belajar berorientasi pada masalah, maka
pengalaman belajar yang dirancang atau disusun berdasarkan kepada masalah atau
perhatian yang ada pada benak mereka.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidikan
yang dilaksanakan oleh orang dewasa dimaksudkan sebagai upaya sadar dalam
penyelenggaraan pendidikan bagi orang dewasa. Proses pendidikan orang dewasa
yang terpenting adalah interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang
bertumpu kepada warga belajar itu sendiri bukan merupakan kegiatan guru
mengajarkan sesuatu. Dalam andragogi
muncul istilah joyful learning, workshop,
pelatihan, outbond dan dari konsep Pendidikan Andragogi muncul konsep
liberalisme pendidikan dan anarkisme pendidikan.
Belajar diartikan sebagai
perubahan tingkah laku individu yang disebabkan oleh pengalaman dan latihan
yang dilakukan. Pada konsep pembelajaran orang dewasa ini membahas mengenai
teori belajar, prinsip belajar orang dewasa serta tujuan pembelajaran bagi orang dewasa. Teori belajar orang dewasa
meliputi Teori Classical Conditioning dan Teori Operant Conditioning. Prinsip dari pembelajaran orang dewasa
adalah bagaimana murid dapat belajar sendiri dan menggali kemampuannya sendiri
dan seorang murid belajar harus memiliki tujuan yang terarah. Adapun tujuan
dari pembelajaran orang dewasa adalah sebagai Pengembang kecerdasan atau
intelektual, aktualisasi dari individu, pengembangan personal, perubahasn
sosial, pengembangan SDM dalam organisasi kerja.
Pengelolaan pembelajaran pada
pendidikan orang dewasa dilakukan di selenggarakan di dalam ruangan kelas. Hal
tersebuit menunjukkan bahwa ruangan kelas merupakan tempat kegiatan yang utama
bagi terselenggaranya kegiatan pembelajaran dalam program-program pelatihan dan
program kegiatan pendiidkan di luar sekolah.
Kurikulum
yang digunakan dalam pendidikan orang dewasa yang disebut sebagai Kurikulum persistent life situasions, yaitu
merupakan bagian dari suatu kurikulum terpadu yang menganalisis situasi yang
dihadapi manusia dalam kehidupannya, masa lalu, masa kini, dan juga masa yang
akan datang. Karakteristik dari kurikulum ini adalah universal, adaptif, transferable, aplikatif, meaningful, mampu
membentuk dan membangun pola melalui kegiatan, dan mampu mengembangkan
kreativitas untuk mengidentifikasi dan menemukan. Fungsi kurikulum orang dewasa
yaitu fungsi penyesuaian, pengintegrasian, diferensiasi, persiapan, pemilihan
dan diagnostik. Adapun prinsip-prinsip dari kurikulum persistent life situasions adalah keimanan, nilai, dan budi pekerti
luhur, belajar sepanjang hayat (life long
education), pengembangan keterampilan dan kemandirian hidup, dan strategi
penerapan kurikulum persistent life
situasions. Asumsi-asumsi pendidikan orang dewasa terdapat 4 dasar yaitu
konsep diri, pengalaman, kesiapan belajar, dan orientasi terhadap belajar.
B.
Saran
Pendidikan bagi orang dewasa dilaksanakan lebih komprehesif
dan diajarkan sesuai dengan materi yang ada pada pendidikan orang dewasa yang relevan
sesuai dengan perkembangan zaman dan pendidikan usia lanjut dipegang atau dibina oleh orang-orang
yang berkompeten dalam bidang mengurus orang dewasa dan berkompeten dalam
ahlinya.
DAFTAR PUSTAKA
Budhojo,
Kentar. 2014. Andragogi dalam PAUD.
Malang: FIP UM
Budhojo,
Kentar. 2015. Andragogi dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Malang: UM Press
Khairil
& Sudarwan D. 2013. Pedagogi,
Andragogi dan Heutagogi. Bandung: Alfabeta
Langganan:
Postingan (Atom)