Selasa, 10 Oktober 2017

Konsep Dasar APE PAUD

Materi Mata Kuliah : APE
Dosen                       : I Made Seken, M.Pd


APE (Alat Permainan Edukatif) adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebaga sarana untuk bermain dan yang mengandung nilai edukatif dan dapat mengembangkan segala aspek kemampuan PAUD. beberapa kriteria APE PAUD adalah sebagai berikut:
1. APE ditujukan untuk PAUD
2. Dapat digunakan dengen berbagai cara, bentuk, tujuan dan aspek penegmbangan AUD
3. Aman dan tidak berbahaya
4. Dirancang untuk membangkitkan aktivitas dan kreativitas AUD
5. Hasil rancangan bersifat konstruktif
6. APE mengandung nilai pendidikan

Tujuan APE
1. Memperjelas materi yang diberikan
2. memberikan motivasi untuk berekspresi dan berekspreimen dalam berbagai aspek
3. memberikan kesenangan bagi anak dalam bermain

Fungsi APE
1. Dapat menciptakan situasi belajar yang menyenangkan
2. dapat menunmubuhkan rasa percaya diri anak yang positif
3. memberikan stimulus yang besar dalam menyeimbangkan kemampuan dasar anak

Bentuk Media Edukatif
1. Boneka tangan atau jari
2. Puzzle
3. Kotak Alfabet
4. Kotak Angka
5. Kotak Warna atau jam
6. Kotak huruf
7. Bentuk geometris
8. Bola Suara
9. Bak Pasir
10. Jombatan atau timbangan
11. Eat Catcer
12. Akselo
13. Mading Show
14. Aqualizer
15. Show Cards
16. Ethalese
17. Miniatur
18. Tikam Jejak
19. Big Book
20. Cerita Pendek

Senin, 06 Maret 2017

KURIKULUM PENDIDIKAN ORANG DEWASA


BAB I
PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang
Pendidikan bagi orang dewasa menjadi sebuah hal penting dalam perkembangan ilmu pengetahaun. Tidak sedikit orang dewasa yang perlu mendapatkan pendidikan baik secara formal maupun informal. Hal tersebut memberi pengaruh kepada pembelajaran orang dewasa. Orang dewasa diartikan sebagai orang yang sudah banyak memilki pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan kemampuan dalam mengatasi permasalahan secara mandiri. Orang dewasa lebih mengarahkan dirinya kepada pencapaian pemantapan identitas dan jati dirinya, dengan demikian keitkutsertaan orang dewasa dalam pelaksanaan pembelajaran memberikan dampak yang positif bagi perubahan pendidikan ke arah yang lebih baik. Orang dewasa sebagai agen of change yang akan mengubah paradigma pendidikan anak usia dini yang cenderung salah dalam penerapnnya. Pendidikan yang akan dilaksanakan oleh orang dewasa tidak hanya seputar memberi tambahan pengetahuan saja, melainkan adanya pembekalan dengan rasa percaya diri sehingga dapat mengimplementasikan pengetahuan dan keterampilan yang akan digunakan untuk mengajar anak-anak.
Pendidikan bagi orang dewasa saat ini menjadi sebuah aspek yang penting yang harus dikembangkan dengan baik. Orang dewasa perlu mengetahui konsep psikologi orang dewasa sehingga sebagai pribadi dapat mengarahkan diri sendiri. Pemahaman terhadap perkembangan kondisi psikologi orang dewasa memiliki arti yang penting bagi para pendidik atau fasilitator dalam menghadapi orang dewasa sebagai siswa. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh orang dewasa berbeda dengan pendidikan yang dilaksanakan oleh anak usia muda. Pendidikan yang dilaksanakan oleh orang dewasa cenderung mengarah kepada pendidikan yang berbentuk keterampilan dan kursus-kursus.  Materi dan kurikulum yang digunakan dalam pendidikan orang dewasa berbeda dengan pendidikan yang dilaksanakan oleh anak usia muda.
Oleh karena itu, tujuan dari penulisan makalah ini adalah memaparkan mengenai materi dan kurikulum yang akan dipelajarai oleh orang dewasa. Aspek tersebut perlu dipaparkan sebagai upaya untuk membelajarkan orang dewasa sebagai salah satu alternatif untuk menyelasaikan masalah kependidikan, sebab pendidikan saat ini bukan lagi pendidikan yang berupaya untuk menstransmisikan pengetahuan melainkan guna sebagai proses pendidikan sepanjang hayat.

B.                 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas adalah sebagai berikut.
1.      Apa pengertian pendidikan orang dewasa?
2.      Bagaimana konsep dari pembelajaran bagi orang dewasa?
3.      Bagaimana pengelolaan pembelajaran yang diajarkan pada pendidikan orang dewasa?
4.      Bagaimana penerapan kurikulum yang digunakan pendidikan orang dewasa?

C.                Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan berdasarkan rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut.
1.      Memaparkan pengertian pendidikan orang dewasa.
2.      Menjelaskan konsep dari pembelajaran bagi orang dewasa.
3.      Mendeskripsikan pengelolaan pembelajaran yang diajarkan pada pendidikan orang dewasa.
4.      Memaparkan penerapan kurikulum pendidikan orang dewasa.




BAB II
PEMBAHASAN


A.                Pengertian Pendidikan Orang Dewasa
Pendidikan yang dilaksanakan oleh orang dewasa dimaksudkan sebagai upaya sadar dalam penyelenggaraan pendidikan bagi orang dewasa. Istilah dewasa tidak hanya identik dengan usia kronologis, melainkan lebih mengarah kepada kematangan psikologis (Danim,2013:125). Pendidikan orang dewasa lebih dikenal dengan istilah andragogi, yang berasal dari bahasa yunani kuno “aner” dengan akar kata andr yang berarti orang dewasa dan “agogus” yang berarati membimbing atau membina (Budhojo, 2014:10). Andragogi secara harfiah diartikan seagai ilmu dan seni yang digunakan untuk mengajar orang dewasa.
Pendidikan yang dilaksanakan oleh orang dewasa tentu tidak terlepas dari pendidikan yang dilaksanakan oleh anak usia remaja atau yang leih dikenal dengan istilah pedagogik. Namun, apabila pendidikan yang dilaksanakan oleh orang dewasa menggunakan istilah pedagogik tentu sudah tidak tepat. Pendidikan yang dilaksanakan oleh orang dewasa lebih kepada praktik-praktik dan pelatihan keterampilan yang harus dilaksanakan secara andragogis. Proses pendidikan orang dewasa yang terpenting adalah interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri bukan merupakan kegiatan guru mengajarkan sesuatu. 
Andragogi atau pendidikan orang dewasa memenuhi apabila disebut sebagai ilmu. Andragogi memiliki obyek material maupun formal dalam keilmuan serta memiliki metode keilmuan yang diterapkan (Budhojo, 2014:11). Dalam andragogi muncul istilah joyful learning, workshop, pelatihan, outbond dan dari konsep Pendidikan Andragogi muncul konsep liberalisme pendidikan dan anarkisme pendidikan. Liberalisme pendidikan merupakan suatu pandangan bahwa manusia harus melakukan perubahan atau perombakan terhadap tatanan politik dan pendidikan yang ada saat ini sebagai cara untuk memajukan kebebasan-kebebasan individu dan mempromosikan perwujudan potensi yang dimiliki semaksimal mungkin. Sekolah bersifat objektif, namun tidak sentral dan sekolah bukan hanya mengajarkan siswa bagaimana berfikir secara rasional dan ilmiah melainkan mengajak siswa memahami kebijaksanaan tertinggi yang ada di dalam pemecahan-pemecahan masalah secara intelek.
Hasil sebuah penelitian mengungkapkan bahwa orang dewasa tidak mengalami pertumbuhan pribadi yang signifikan pada usia setengah baya, namun peserta didik dewasa hanya tumbuh secara signifikan dalam satu jenis lingkungan belajar. Faktor kunci dalam pembelajaran orang dewasa sebagai berikut (Darmin, 2013:140).
1.        Lingkungan dimana peseerta didik merasa aman dan nyaman dan didukung, kebutuhan individual dan keunikan yang terhormat serta kemampuan dan prestasi hidup yang diakui dan dihormati.
2.        Sebuah lingkungan yang mendorong untuk kebebasan intelektual, eksperimentasi dan kreativitas.
3.        Lingkungan dimana guru memberlakukan orang dewasa sebagai teman.
4.        Belajar dengtan cara mengarahkan diri sendiri, dimana siswa bertanggung jawab atas pembelajaran yang dilakukan sendiri.
5.        Menekankan pada tantangan intelektual, menentang orang melampaui tingkat kemampuan mereka sendiri.
6.        Keterlibatan aktif dalam belajar.
7.        Mekanisme umpan balik regular bagi peserta didik dewasa untuk menceritakan pendidikan yang mereka inginkan seperti apa.
Pembelajaran yang diberikan kepada orang dewasa dapat efektif apabila pembimbing tidak terlalu mendominasi di dalam kelas, mengurangi banyak bicara, namun mengupayakan agar individu orang dewasa tersebut mampu menemukan alternatif untuk dapat mengembangkan kepribadian mereka sendiri. Orang dewasa hakikatnya merupakan makhluk yang kreatif apabila seseorang mampu menggerakkan dan menggali potensi yang ada pada dirinya.
Jadi pendidikan orang dewasa merupakan suatu pendidikan yang terarah yang dilaksanakan untuk mendidik atau mengajar orang dewasa, meskipun orang dewasa sudah mampu mandiri dan mengarahkan dirinya sendiri, namun dalam kegiartan andragogi yang terpenting adalah interaksi belajar dengan kegiatan belajar mandiri.

B.        Konsep Pembelajaran Bagi Orang Dewasa
            Belajar diartikan sebagai suatu aktivitas untuk menambah pengetahuan. Belajar sering dikaitkan dengan kegiatan  menghafal. Belajar juga diartikan sebagai perubahan tingkah laku individu yang disebabkan oleh pengalaman yang dialami dan latihan yang dilakukan. Pada konsep pembelajaran orang dewasa ini akan dibahas mengenai teori belajar, prinsip belajar orang dewasa serta tujuan pembelajaran bagi  orang dewasa.
1.      Teori Belajar Orang Dewasa
Aliran behavioristik mengartikan belajar sebagai perubahan tingkah laku, perubahan di dalam hal kemampuan dan kecakapan untuk berperilaku dalam cara-cara yang baru pada diri pelajar, tidak menyertakan perubahan yang diakibatkan oleh kematangan, kedewasaan, dan pertumbuhan. Perubahan tingkah laku tersebut diakibatkan oleh pengaruh lingkungan. Tokoh teori belajar aliran behavioristik meliputi: Thorndike, Pavlov, Watson, dan Skinner. Teori-teori belajar menurut aliran behavioristik antara lain sebagai berikut:
a.                     Teori Classical Conditioning
Telah kita ketahui sebelumnya teori classical conditioning yang terkenal oleh Ivav Pavlov, yang memuat prinsip dasar. Prinsip dasar tersebut adalah sebuah unconditioned stimulus, unconditioned response, dan conditioned stimulus. (Sobur, 2009:224). Prinsip-prinsip tersebut mengungkapkan bahwa pembentukan tingkah laku dapat dilakukan melalui proses atau latihan.
Peran dalam kegiatan belajar orang dewasa adalah ketika seseorang tidak mengalami kepuasan maka akan berhenti berlatih atau belajar, yaitu ketika orang dewasa mengalami ketidakpuasan, ketakutan atau merasa berat dengan apa yang dihadapinya. Terlihat adanya hubungan pembentukan antara “emotional” dan “attitudional”. Contoh : pada orang dewasa banyak yang tidak suka pada pelajaran Bahasa Inggris disebabkan oleh sulitnya mencerna kata-kata Bahasa Inggris. Saat ini banyak orang dewasa suka belajar Bahasa Inggris karena tutor yang menarik dan menyenangkan.
b.                  Teori Operant Conditioning
      Teori operant conditioning adalah teori yang terkenal dengan hubungan antara stimulus dengan respon. Skinner berpendapat bahwa perilaku manusia selalu dikendalikan oleh faktor luar (faktor lingkungan, rangsangan, atau stimulus) juga pada penguatan yang diberikan. Bila penguatan yang diberikan positif, suatu perilaku dapat dikembangkan. Namun jika penguatan negatif, maka perilaku akan dihambat.
      Peran teori operant conditioning pada orang dewasa dan usia lanjut adalah bagi guru atau fasilitator maupun buku-buku pelajaran hendaknya memiliki peran dan fungsi sebagai programmer yang berusaha membentuk perilaku warga belajar dengan memberikan urutan stimulus dan respon, sehingga perilaku akhir sebagaimana ditetapkan dalam tujuan pembelajaran.
2.                  Prinsip Belajar Orang Dewasa
Davies (1991:32), mengingatkan beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar belajar dalam proses pembelajaran, yaitu :
a.                  Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.
b.                Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar.
c.                Seoradapuang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement).
d.               Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih berarti.
e.                Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik.
f.                   Belajar harus memiliki tujuan. Tujuan harus berhubungan dengan kebutuhan hidup. Kegiatan belajar harus memunjukkan usaha dan bersedia mengalami bermacam-macam kesukaran, adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil. Belajar dikatakan berhasil apabila memberikan keberhasilan  yang menyenangkan. Pengulangan dan latihan perlu diberikan atas dasar pemahaman. Terpenting dari kegiatan belajar adalah kemauan untuk belajar.
3.                Tujuan Pembelajaran bagi Orang Dewasa
Pendidikan orang dewasa umumnya memiliki sasaran kelompok orang dewasa yang beraneka ragam, baik usianya, tingkat pendidikannya, lingkungan sosialnya, pelajarannya dan lain-lain. Secara umum terdapat beberapa tujuan pendidikan orang dewasa yaitu sebagai berikut:
a.                     Pengembang kecerdasan atau intelektual
Tujuan pendidikan orang dewasa, yaitu mengembangkan kecerdasan untuk menerima, menyimpan dan mengolah infomasi menjadi fakta. Orang yang kecerdasan intelektualnya baik, baginya tidak ada informasi yang sulit, semuanya dapat disimpan dan diolah, pada waktu yang tepat dan pada saat dibutuhkan diolah dan diinformasikan kembali.

b.                    Aktualisasi dari indvidu
Aktualisasi tersebut mencakup pemenuhan diri (self-fulfillment), realisasi seluruh potensi, dan kebutuhan untuk menjadi kreatif. Mereka yang telah mencapai level aktualisasi diri menjadi lebih manusiawi, lebih asli dalam mengekspresikan diri, tidak terpengaruh oleh budaya.
c.                  Pengembangan personal
Pengembangan personal dapat dilakukan dengan menanamkan mindset atau sikap yang paling positif dan memberdayakan setiap kemampuan yang dimiliki tiap individu, kemudian menanamkan keunggulan skill pada diri individu.
d.                 Perubahan sosial (masyarakat)
Perubahan sosial (masyarakat) merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
e.                  Pengembangan SDM dalam organisasi kerja (efektivitas organisasi)
Pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi kerja adalah suatu proses peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kapasitas dari semua penduduk suatu masyarakat dalam organisasi kerja.

C.        Pengelolaan Pembelajaran pada Pendidikan Orang Dewasa
                  Kegiatan pembelajaran dalam program pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun lembaga swadya masyarakat khususnya pada program pelatihan bagi orang usia lanjut yang dilakukan di ruang atau di kelas. Hal ini dapat menunjukan bahwa ruangan kelas merupakan tempat kegiatan utama bagi kegiatan pembelajaran dalam program-program pelatihan dan program kegiatan pendidikan luar sekolah kliennya. Penggunaan ruangan/kelas sebagai tempat kegiatan pembelajaran didasari oleh beberapa alasan. D. Sudjana (dalam buku Ilmu Pendidikan dan Aplikasi Pendidikan) mengemukakan sebagai berikut:
1.                  Kegiatan pembelajaran diruangan atau di kelas sudah dulu dikenal dibandingkan dengan tempat kegiatan pembelajaran lainnya.
2.                  Penyelenggaran kegiatan pembelajaran diruang atau dikelas lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan penyelenggaraan pada fasilitas lainnya. Pembelajaran diruang atau dikelas cukup dengan mencari dan menentukan ruangan yang akan digunakan, adanya jumlah peserta didik, adanya bahan belajar dan tersediaanya alat bantu pembelajaran.
3.                  Melalui kegiatan pembelajaran diruangan atau kelas yang memungkinkan semua peserta didik dapat menerima informasi pada waktu yang sama. Peserta didik dapat membahas bahan belajar secara bersamaan dengan menggunakan media pembelajaran dan selain itu juga dapat berinteraksi dengan lainnya dalam ruang dan waktu yang sama.
Pengelolaan pembelajaran dalam ruang atau kelas dapat berjalan efektif maka perlu memperhatikan persyaratan-persyaratan sebagai berikut ini:
a)                  Adanya keterlibatan, tanggung jawab peserta didik. Keterlibatan peserta didik merupakan syarat pertama dalam kegiatan pembelajaran diruangan maupun dikelas. Peserta didik harus mempunyai tujuan yang harus dipahami, ssehingga peserta didik harus harus belajar jika ingin mencapai tujuan tersebut. Bentuk keterlibatan peserta didik salah satunya adalah kelompok peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar untuk memecahkan masalah yang di hadapi bersama, namun secara terpisah peserta didik dapat melakukan kegiatan pemecahan masalah secara perseorangan.
b)                 Tanggung jawab dalam kegiatan pembelajaran. Para peserta didik perlu disadarkan tentang sejauh mana tanggung jawab mereka dalam kegiatan belajar. Apabila tujuan belajar telah diketahui dengan baik dan jelas oleh peserta didik, maka mereka perlu meyakini bahwa merekalah yang harus melakukan kegiatan belajar guna mencapai tujuan belajar. Tidak sebaliknya, yaitu pendidik yang menyuruh dan memaksakan kehendaknya kepada peserta didik agar mereka berbuat untuk mencapai tujuan itu. Dalam kegiatan belajar yang dilakukan dalam kelompok kecil, seperti pekerjaan sehari-hari, peserta didik perlu merasakan bahwa merekalah yang memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas dalam kegiatan belajar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh mereka, sedangkan pendidik hanya berperan untuk memberikan dorongan atau bimbingan.
c)                  Adanya umpan balik (feed back) dan peserta didik. Umpan balik ini berguna bagi pendidik untuk mengetahui tingkat perubahan yang dialami oleh peserta didik pada saat sebelum dan pada saat kegiatan belajar berlangsung, dengan adanya umpan balik ini pendidik akan memperoleh gambaran tentang perubahan yang telah dan sedang terjadi patuh diri peserta didik. Semakin  banyak umpan balik yang disampaikan peserta didik, maka akan makin diketahui tentang tingkat keberhasilan pendekatan dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan pendidik. Umpan balik dapat dilakukan dengan bermacam cara seperti dengan bertanya, minta tanggapan, menyuruh melakukan kegiatan, dan menjelaskan kembali suatu yang telah dipelajari kepada semua peserta didik. Umpan balik di ruangan/kelas dapat diperoleh dengan menggunakan alat penghimpun informasi tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi. Alat-alat tersebut antara lain berupa catatan harian, lembaran observasi, lembaran evaluasi kegiatan dan penampilan pendidik serta lembaran pesan dari peserta didik.
D.                Kurikulum Pembelajaran Bagi Orang Dewasa
Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan orang dewasa yang disebut sebagai Kurikulum persistent life situasions, yaitu merupakan bagian dari suatu kurikulum terpadu yang menganalisis situasi yang dihadapi manusia dalam kehidupannya, masa lalu, masa kini, dan juga masa yang akan datang. Dalam Kurikulum persistent life situasions kita akan membahas mengenai karakteristik, fungsi, prinsip, dan juga strategi penerapan.
1.        Karakteristik Kurikulum Persistent Life Situasions
Bagi pelajar orang dewasa, karakteristik kurikulum persistent life situasions antara lain sebagai berikut:
a.       Universal, yang berarti pokok bahasannya mempunyai tingkat generalisasi yang tinggi sehingga dapat memberikan kompetensi seluruh spektrum pendidikan bagi pelajar orang dewasa.
b.      Adaptif, artinya mampu memberikan kemampuan kepada pelajar orang dewasa untuk mengadaptasi perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c.       Transferable, artinya konsep-konsep yang terdapat pada pokok-pokok bahasan dapat dimanfaatkan ataupun digunakan dalam kehidupan masyarakat dan juga kehidupan sehari-hari.
d.      Aplikatif, artinya memungkinkan untuk diaplikasikan secara luas dalam berbagai bidang keilmuan dan juga teknologi.
e.       Meaningful yang berarti layak, bermakna atau memiliki arti, dan juga bermanfaat untuk diketahui dan dikuasai oleh pelajar orang dewasa sebagai landasan untuk tetap survive.
f.       Mampu untuk membentuk dan juga membangun pola pikir melalui kegiatan yang bernalar.
g.      Mampu mengembangkan kreatifitas untuk mengidentifikasi dan menemukan.
2.                  Fungsi Kurikulum Persistent Life Situasions
Selain mempunyai peranan, kurikulum juga mempunyai berbagai macam fungsi. Pada kurikulum persistent life situasions orang dewasa memiliki fungsi-fungsi yang sama dengan fungsi-fungsi kurikulum pada umumnya. Menurut Alexander, fungsi dari kurikulum itu adalah sebagai berikut:
a.                Fungsi Penyesuaian
Fungsi penyesuaian pada kurikulum persistent life situasions bagi pelajar orang dewasa yaitu memandang bahwa individu (orang dewasa) hidup dalam lingkingan, sehingga setiap individu harus mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan secadar menyeluruh. Individu (orang dewasa) dituntut untuk selalu bisa menyesuaikan diri yang disebabkan oleh lingkungan tempat individu berinteraksi akan selalu berubah dan bersifat dinamis. 

b.                Fungsi Pengintegrasian
Fungsi integrasi memandang bahwa kurikulum harus memiliki fungsi untuk mendidik pribadi-pribadi (orang dewasa) yang terintegrasi. Hal tersebut disebabkan karena individu (orang dewasa) merupakan bagian dari seatu integral masyarakat (lingkungan). Dapat dikatakan bahwa indifidu harus berkontribusi pada pengintegrasian masyarakat.
c.                  Fungsi Diferensiasi
Fungsi diferensiasi memandang bahwa kurikulum harus memberikan pelayanan terhadap perbedaan-perbedaan individu dalam masyarakat. Hal ini berangkat dari sebuah anggapan bahwa individu (orang dewasa) berbeda dengan individu lainnya. Perbedaan (diferensiasi) di sini di mungkinkan untuk dapat mendorong proses berfikir kritis dan kompetitif diantara individu (orang dewasa).
d.                 Fungsi Persiapan
Fungsi persiapan memandang bahwa kurikulum berfungsi untuk mempersiapkan pelajar orang dewasa agar mampu melanjutkan dan atau menerima materi/bahan lebih jauh.
e.                  Fungsi pemillihan
Fungsi pemilihan merupakan suatu tindak lanjut dari fungsi perbedaan. Dimana dari perbedaan-perbedaan yang muncul harus mampu menarik dan dapat menentukan pilihan minat individu (orang dewasa).
f.                   Fungsi Diagnostik
Fungsi diagnostik memandang bahwa kurikulum harus mampu mengarahkan pelajar orang dewasa untuk dapat memahami dan juga menerima keadaan dirinya untuk dapat mendorong dan mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya.
3.                       Prisip-Prinsip Kurikulum persistent life situasions
Kurikulum persistent life situasions juga mempunyai beberapa prinsip-prinsip yang harus ditanamkan dalam diri individu (orang dewasa). Adapun prinsip-prinsip dari kurikulum persistent life situasions adalah keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur, belajar sepanjang hayat (life long education), pengembangan keterampilan dan kemandirian hidup, dan strategi penerapan kurikulum persistent life situasions . Penerapan kurikulum persistent life situasions mempunyai strategi yaitu, penetapan sosialisasi kurikulum, penetapan sasaran dan prosedur, dan penetapan waktu serta lama pelaksanaan kurikulum, penetapan evaluasi hasil.
4.                  Asumsi-Asumsi Pendidikan Orang Dewasa dan Implikasinya
Menurut Malcolm S. Knowles dalam (Budhojo, 2014) ada 4 konsep dasar (asumsi) yang terdapat dalam pendidikan orang dewasa, yaitu:
Asumsi
Pendidikan Orang Dewasa (Andragogi)


Konsep Diri
Si pelajar bukan lagi pribadi yang tergantung, melainkan pribadi yang telah matang secara psikologis.
Hubungan pelajar dengan pengajar merukan suatu hubungan yang saling membantu dan terdapat juga hubungan timbal balik. 
Pengalaman
Pengalaman pelajar orang dewasa dinilai sebagai suatu sumber belajar yang kaya.

Kesiapan belajar
Pelajar menentukan apa yang mereka perlu pelajari berdasarkan pada persepsi mereka sendiri terhadap tuntutan situasi sosial mereka.


Orientasi terhadap belajar
Pelajar cenderung mempunyai perspektif untuk kecepatannya dan juga ketepatannya untuk mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang berpusat pada masalah (Problem centered)

 Berdasarkan asumsi-asumsi pendidikan orang dewasa di atas, maka implikasi pada pendidikan orang dewasa adalah sebagai berikut:
a.                  Implikasi dari asumsi konsep diri
Iklim belajar perlu diciptakan sesuai dengan keadaan orang dewasa. Mulai dari ruangan, peralatan, dan kerja sama yang saling menghargai, peserta diikutsertakan dalam mendiagnosis kebutuhan belajarnya, peserta dilibatkan dalam proses perencanaan belajarnya, dan evaluasi belajar dalam proses belajar secara andragogi menekankan pada cara untuk mengevaluasi diri sendiri.
b.                                   Implikasi dari asumsi pengalaman
Proses belajar ditekankan kepada teknik yang sifatnya menyadap pengalaman seperti diskusi, metode kasus, simulasi, latihan praktek, metode proyek, demonstrasi, bimbingan dan seminar, kemudian penekanan dalam proses belajar pada aplikasi praktis dan penekanan dalam proses belajar adalah belajar dari pengalaman.
c.                  Implikasi dari asumsi kesiapan belajar
Urutan kurikulum dalam proses belajar orang dewasa disusun berdasarkan tugas perkembangannya, bukan disusun berdasarkan urutan logika mata pelajaran atau berdasarkan kebutuhan kelembagaan dan adanya konsep mengenai tugas-tugas perkembangan pada orang dewasa akan memberikan petunjuk dalam belajar secara kelompok.
d.                                  Implikasi dari asumsi orientasi terhadap belajar
Para pendidik orang dewasa bukanlah berperan sebagai seorang guru yang mengajar mata pelajaran tertentu, melainkan mereka berperan sebagai pemberi bantuan kepada orang yang sedang belajar, kurikulum dalam pendidikan untuk orang dewasa tidak diorientasikan kepada mata pelajaran tertentu, melainkan berorientasi pada masalah dan karena orang dewasa dalam belajar berorientasi pada masalah, maka pengalaman belajar yang dirancang atau disusun berdasarkan kepada masalah atau perhatian yang ada pada benak mereka.



BAB III
PENUTUP

A.                Kesimpulan
Pendidikan yang dilaksanakan oleh orang dewasa dimaksudkan sebagai upaya sadar dalam penyelenggaraan pendidikan bagi orang dewasa. Proses pendidikan orang dewasa yang terpenting adalah interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri bukan merupakan kegiatan guru mengajarkan sesuatu.  Dalam andragogi muncul istilah joyful learning, workshop, pelatihan, outbond dan dari konsep Pendidikan Andragogi muncul konsep liberalisme pendidikan dan anarkisme pendidikan.
Belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku individu yang disebabkan oleh pengalaman dan latihan yang dilakukan. Pada konsep pembelajaran orang dewasa ini membahas mengenai teori belajar, prinsip belajar orang dewasa serta tujuan pembelajaran bagi  orang dewasa. Teori belajar orang dewasa meliputi Teori Classical Conditioning dan Teori Operant Conditioning. Prinsip dari pembelajaran orang dewasa adalah bagaimana murid dapat belajar sendiri dan menggali kemampuannya sendiri dan seorang murid belajar harus memiliki tujuan yang terarah. Adapun tujuan dari pembelajaran orang dewasa adalah sebagai Pengembang kecerdasan atau intelektual, aktualisasi dari individu, pengembangan personal, perubahasn sosial, pengembangan SDM dalam organisasi kerja.
            Pengelolaan pembelajaran pada pendidikan orang dewasa dilakukan di selenggarakan di dalam ruangan kelas. Hal tersebuit menunjukkan bahwa ruangan kelas merupakan tempat kegiatan yang utama bagi terselenggaranya kegiatan pembelajaran dalam program-program pelatihan dan program kegiatan pendiidkan di luar sekolah.
            Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan orang dewasa yang disebut sebagai Kurikulum persistent life situasions, yaitu merupakan bagian dari suatu kurikulum terpadu yang menganalisis situasi yang dihadapi manusia dalam kehidupannya, masa lalu, masa kini, dan juga masa yang akan datang. Karakteristik dari kurikulum ini adalah universal, adaptif, transferable, aplikatif, meaningful, mampu membentuk dan membangun pola melalui kegiatan, dan mampu mengembangkan kreativitas untuk mengidentifikasi dan menemukan. Fungsi kurikulum orang dewasa yaitu fungsi penyesuaian, pengintegrasian, diferensiasi, persiapan, pemilihan dan diagnostik. Adapun prinsip-prinsip dari kurikulum persistent life situasions adalah keimanan, nilai, dan budi pekerti luhur, belajar sepanjang hayat (life long education), pengembangan keterampilan dan kemandirian hidup, dan strategi penerapan kurikulum persistent life situasions. Asumsi-asumsi pendidikan orang dewasa terdapat 4 dasar yaitu konsep diri, pengalaman, kesiapan belajar, dan orientasi terhadap belajar.

B.                 Saran
Pendidikan bagi orang dewasa dilaksanakan lebih komprehesif dan diajarkan sesuai dengan materi yang ada pada pendidikan orang dewasa yang relevan sesuai dengan perkembangan zaman dan    pendidikan usia lanjut dipegang atau dibina oleh orang-orang yang berkompeten dalam bidang mengurus orang dewasa dan berkompeten dalam ahlinya.

DAFTAR PUSTAKA


Budhojo, Kentar. 2014. Andragogi dalam PAUD. Malang: FIP UM
Budhojo, Kentar. 2015. Andragogi dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Malang: UM Press
Khairil & Sudarwan D. 2013. Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi. Bandung: Alfabeta